Thursday, October 24, 2024

 

JURNAL REFLEKSI DWI MNGGUAN

MODUL 3.3

PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

 

 

IRENEU ANGGRAENI

CGP 10 Kab.Tangerang

Saya menggunakan metode 4f (facts, Feeling, Finding, Future). Refleksi ini bertujuan melihat kembali perspektif atau cara pandang kita tentang program yang berdampak positif pada murid.

 

1. Facts

Di dalam modul ini, saya mengeksplorasi bagaimana sesungguhnya kita sebagai guru  dapat mendorong student agency (yang dalam modul ini diterjemahkan sebagai kepemimpinan murid) dalam pengelolaan program-program di sekolah. Mendorong kepemimpinan murid dalam program sekolah bukan hanya memungkinkan murid untuk belajar menjadi individu yang lebih bertanggung jawab, berdaya, dan kontributif, namun, pengalaman dan kebermaknaan yang mereka dapatkan dari proses belajar mereka dalam program-program sekolah tersebut sesungguhnya akan memberikan bekal untuk mereka menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat, sehingga, ketika kita berbicara tentang dampak, maka dampak positif dari proses belajar yang dilalui oleh murid-murid kita saat ini tentunya akan dapat terus dirasakan oleh mereka di sepanjang hidupnya.dan tentunya dimulai dari diri.Capaian pembelajaran secar umum dalam mempelajari modul ini bagi kami yaitu ; CGP menyadari murid sebagai mitra bagi guru dalam pembelajaran, CGP mengupayakan terwujudnya lingkungan sekolah yang mendukung tumbuhnya murid-murid yang mampu menjadi pemimpin dalam proses pembelajarannya sendiri, CGP menerapkan konsep kepemimpinan murid pada program atau kegiatan sekolah.

Sementara Capaian Pembelajaran Khusus adalah ; Menunjukkan pemahaman tentang konsep kepemimpinan murid dan kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila, Menunjukkan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan suara, pilihan, dan kepemilikan murid, Menganalisis sejauh mana suara, pilihan dan kepemilikan murid dipertimbangkan dalam program intrakurikuler/kokurikuler/ekstrakurikuler sekolah untuk mewujudkan lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid, Mengidentifikasi strategi pelibatan komunitas dalam program sekolah untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid, dan Merancang sebuah Prakarsa perubahan di sekolah dalam bentuk sebuah program/kegiatan sekolah yang mendorong kepemimpinan murid dengan menggunakan model prakarsa perubahan yang di sebut dengan BAGJA.

 

2. Feeling

Saya sangat excited dan senang saat mendalami modul 3.3 ini  karena banyak ilmu yang saya dapatkan khususnya saat berbagi pengalaman , berbagi praktik baik di ruang kolaborasi dan yang menarik adalah  kami CGP bekerja dalam kelompok untuk membuat dan mempresentasikan sebuah contoh (gambaran umum) dari sebuah program atau kegiatan sekolah yang mempromosikan kepemimpinan murid)

 

3. Finding

Pembelajaran yang saya dapatkan pada modul ini khususnya pada bagian Eksplorasi Konsep 1 yaitu mengkonstruksi pemahaman saya tentang kepemimpinan murid (students agency), Suara, Pilihan dan Kepemilikan murid dalam konsep kepemimpinan murid, Lingkungan yang mendukung tumbuhkembangnya kepemimpinan murid, dan bagaimana melibatkan komunitas untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid.Sementara itu pada pembelajaran di Eksplorasi Konsep 2 melalui diskusi asinkron saya mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang suara, pilihan dan kepemilikan murid, dilanjutkan dengan menemukenali aspek suara, pilihan dan kepemilikan murid dalam sebuah contoh program atau kegiatan sekolah yang menjadi fokus diskusi kami.

Pada Demonstrasi Kontekstual, kami membuat sebuah prakarsa perubahan dalam bentuk rencana program/kegiatan yang memanfaatkan model manajemen perubahan BAGJA. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan  tanya jawab dengan instruktur dalam elaborasi pemahaman terkait dengan program atau kegiatan pembelajaran yang menumbuhkan kepemimpinan murid.Kegiatan ini diakhiri dengan aksi nyata yaitu menjalankan tahapan B (Buat Pertanyaan) & A (Ambil Pelajaran) berdasarkan model prakarsa perubahan B-A-G-J-A yang telah dibuat sebelumnya pada tahapan Demonstrasi Kontekstual dalam sebuah aksi nyata.

 

4. Future

Setelah mempelajari modul ini saya berharap dapat menghadirkan program-program kepemimpinan murid yang lebih inovatif dan berdampak secara langsung dan berkelanjutan baik dalam kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler dan kokurikuler dengan mengutamakan aspek Suara Pilihan,dan Kepemilikan murid. Dengan tujuan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan dalam diri peserta didik.

 

Demikian jurnal refleksi saya di modul 3.3 ini, semoga ilmu yang saya dapatkan bisa diimplementasikan secara holistic di lingkungan sekolah maupun kehidupan sehari-hari.

 


 



 

TERIMA KASIH

Bergerak, Tergerak, Menggerakkan !!

 

 

 

 

 

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 

MODUL 3.3

PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID



IRENEU ANGGRAENI 

CGP 10 Kab.Tangerang



Tak terasa telah tiba dipenghujung Pendidikan Guru Penggerak, selama hampir 7bulan mengikuti

pendidikan ini. Begitu banyak inventarisasi ilmu yang ditambahkan sebagai pengembangan

kompetensi diri sebagai pendidik dan sebagai pemimpin pembelajaran. Sangat bangga sekali telah

menyelesaikan pendidikan ini dengan berbgai ilmu yang didapat disetiap modulnya. Karakteristik dan

kekhasan ilmu pada setiap modul merupakan asupan energi dalam menjalankan perubahan untuk

pendidikan dan pengajaran yang selaras dengan tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh Ki Hadjar

Dewantara. Dimana sejatinya pendidikan adalah pendidikan yang memenuhi kebutuhan murid untuk

mencapai kebahagiaan dan keselamatan.

Pada modul 3.3 ini jurnal refleksi dwi mingguan yang akan saya sampaikan menggunakan model

refleksi Connection, challenge, concept, change (4C). Model ini dikembangkan oleh Ritchhart, Church

dan Morrison (2011). Model ini cocok untuk digunakan dalam merefleksikan materi pembelajaran.

Ada beberapa pertanyaan kunci yang menjadi panduan dalam membuat refleksi model ini, yaitu:

1) Connection: Apa keterkaitan materi yang didapat dengan peran Anda sebagai Calon Guru

Penggerak?

2) Challenge: Adakah ide, materi atau pendapat dari narasumber yang berbeda dari praktik yang

Anda jalankan selama ini?

3) Concept: Ceritakan konsep-konsep utama yang Anda pelajari dan menurut Anda penting untuk

terus dibawa selama menjadi Calon Guru Penggerak atau bahkan setelah menjadi Guru Penggerak?

4) Change: Apa perubahan dalam diri Anda yang ingin Anda lakukan setelah mendapatkan materi

pada hari ini?


Merefleksi pada pembelajaran pada modul-modul sebelumnya, modul ini merupakan

pengimplementasian terhadap modul sebelumnya, di modul 1 mempelajari mengenai paradigma

dan visi guru penggerak, bila kita kaitkan dengan modul 3.3 ini, disini kita mengimplementasikan

paradigma dan visi yang telah kita rancang untuk mengembangkan dan mengelola program yang

berdampak positif pada murid sesuai dengan visi yang telah kita susun. Begitupun modul 2 mengenai

praktik pembelajaran yang berpihak pada murid, dikaitkan dengan materi modul 3.3 ini memang

sangat selaras sekali, program yang kita kelola atau kita kembangkan merupakan program yang

bermuara pada kebutuhan murid. Kita selaku guru penggerak memiliki peran yang teramat penting

untuk mendobrak perubahan, kemampuan kita berperan sebagai guru yang berpihak pada murid,

mandiri, kolaboratif, inovatif dan reflektif dapat menyegerakan dan mengelola program yang

berdampak positif pada murid.

Pada materi ini juga dibahas mengenai kepemimpinan murid. Kita dapat menjadikan murid sebagai

pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri, maka kita perlu memberikan kesempatan kepada

murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga

potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Peran kita adalah:1. Mendampingi murid agar pengembangan potensi kepemimpinan mereka tetap sesuai

dengan kodrat, konteks dan kebutuhannya.

2. Mengurangi kontrol kita terhadap mereka

Albert Bandura dalam artikelnya, Toward a Psychology of Human Agency (2006) mengatakan, bahwa

menjadi seorang agent (seseorang yang memiliki agency) berarti orang tersebut secara sengaja

mempengaruhi fungsi dan keadaan hidup dirinya. Bandura juga mengatakan bahwa ada empat sifat

inti dari human agency, yang dalam modul ini kita singkat dengan akronim IVAR untuk memudahkan

mengingat, yaitu:

I - Intensi = Kesengajaan (intentionality). Seseorang yang memiliki agency bukan hanya memiliki

sekedar niat, tetapi di dalam niat mereka sudah termasuk rencana tindakan dan strategi untuk

mewujudkannya.

2. V - Visi = Pemikiran ke depan (forethought). Pemikiran ke depan di sini bukan hanya sekedar

rencana yang mengarahkan masa depan.

3. A - Aksi = Kereaktifan-diri (self-reactiveness). Seseorang yang memiliki agency, bukan hanya

seorang perencana dan pemikir ke depan. Mereka juga seorang pengendali diri (self-regulator).

4. R - Refleksi = Kereflektifan-diri (self-reflectiveness). Seseorang yang memiliki agency akan memiliki

kesadaran yang baik akan fungsi dirinya.

Kepemimpinan murid adalah tentang murid yang bertindak secara aktif, dan membuat keputusan

serta pilihan yang bertanggung jawab, daripada hanya sekedar menerima apa yang ditentukan oleh

orang lain. Ketika murid menunjukkan agency dalam pembelajaran mereka sendiri, yaitu ketika

mereka berperan aktif dalam memutuskan apa dan bagaimana mereka akan belajar, maka mereka

cenderung menunjukkan motivasi yang lebih besar untuk belajar dan lebih mampu menentukan

tujuan belajar mereka sendiri. Lewat proses yang seperti ini, murid-murid akan secara alamiah

mempelajari keterampilan belajar (belajar bagaimana belajar). Ketika pada saat murid menjadi

pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri (atau kita katakan: saat murid memiliki

agency), maka mereka sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan

(ownership) dalam proses pembelajaran mereka. Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid

kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri.

Tugas kita sebagai guru sebenarnya hanya menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di

mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang

mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana mereka

merefleksikan tindakan mereka. Sedangkan di dalam profil pelajar pancasila telah tertuang visi dan

harapan yang diharapkan untuk tujuan pendidikan di Indonesia, kepemimpinan murid merupakan

suatu pengembangan profil yang positif bagi murid dan sesuai dengan apa yang diharapkan dalam

profil pelajar pancasila.

Noble et al (2008) menjelaskan bahwa kesejahteraan siswa yang optimal adalah sebuah keadaan

emosional yang berkelanjutan yang dicirikan dengan (terutama) suasana hati dan sikap yang positif,

hubungan positif dengan murid lain maupun guru, daya lenting atau ketangguhan, pengoptimalan

kekuatan diri, serta tingkat kepuasan yang tinggi terhadap pengalaman belajar mereka di sekolah

Menyadur apa yang disampaikan oleh Noble tersebut, maka lingkungan yangmenumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan memiliki beberapa karakteristik, di antaranya

adalah:

• Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan

merasakan emosi yang positif. Lingkungan yang seperti ini akan membuat murid mampu dan

berkeinginan untuk melakukan hal-hal secara positif untuk dirinya sendiri serta memberikan

pengaruh positif kepada kehidupan orang lain dan sekelilingnya.

• Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan

bijaksana, di mana murid akan menjunjung tinggi nilai-nilai sosial positif yang berbasis pada

nilai-nilai kebajikan yang dibangun oleh sekolah.

• Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian

tujuan akademik maupun non-akademiknya. Lingkungan ini akan memungkinkan murid

untuk memiliki determinasi diri yang kuat dalam proses pembelajaran, baik dalam aspek

akademik maupun non-akademik.

• Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama,

serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Lingkungan yang seperti ini akan membantu

murid untuk dapat menerapkan dan mempergunakan apa yang menjadi kekuatan dirinya

dan memanfaatkan serta menerapkannya dalam berbagai konteks yang berbeda-beda.

• Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti

tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan

kepentingan individu, kelompok, maupun golongan. Lingkungan yang seperti ini akan

memberikan kesempatan bagi murid untuk melihat dirinya sebagai bagian dari sesuatu yang

jauh lebih besar di luar dirinya.

• Lingkungan yang menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses

belajarnya sendiri. Lingkungan yang seperti ini akan menyediakan berbagai kegiatan belajar

yang menarik, menantang, dan bermakna, di mana dalam prosesnya murid akan merasa

senang hati dan menikmati setiap momen pembelajarannya.

• Lingkungan yang menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di

tengah kesempitan dan kesulitan. Lingkungan ini akan membantu murid untuk berani

menerima tantangan, berjiwa besar, dan selalu bangkit lagi dan berusaha mencari solusi bila

menemui kegagalan. Lingkungan ini akan memungkinkan murid untuk selalu mengambil

pelajaran dari setiap kegagalan[1]kegagalan yang dijumpainya dan berusaha untuk

menemukan cara-cara alternatif atau cara yang paling tepat.

Peran Keterlibatan Komunitas dalam Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid yakni,

Komunitas memiliki peran penting dalam membantu mewujudkan lingkungan belajar yang

mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid karena: membantu menyediakan kesempatan bagi

murid untuk mewujudkan pilihan dan suara mereka. Membantu murid untuk belajar melihat dan

merasakan dampak dari pilihan dan suara yang dibuatnya. Membantu membentuk identitas diri dan

efikasi diri murid yang lebih kuat. Membantu murid untuk dapat tumbuh menjadi agen perubahan

yang dapat memberikan kontribusi yang berarti terhadap diri sendiri, orang lain, masyarakat serta

lingkungan di sekitarnya.

Dengan mendorong kepemimpinan murid akan memperbesar peluang kita untuk memberikan

kesempatan bagi murid-murid kita untuk belajar tentang berbagai keterampilan-keterampilan

penting, yang dapat digunakan lintas disiplin, dan akan berguna bagi kehidupannya kelak.Keterampilan-keterampilan yang akan membantu mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Mendorong kepemimpinan murid juga akan menumbuhkan efikasi diri yang kuat, sehingga

diharapkan mereka akan percaya diri dan mampu membuat perubahan positif bagi dirinya sendiri,

orang lain, dan lingkungan di sekitarnya. Mereka akan dapat tumbuh menjadi warga negara yang

bertanggung jawab.

Dari materi yang telah saya pelajari tersebut, menurut saya penting bagi kita untuk dapat merancang

mengenai program-program disekolah yang memang memenuhi kebutuhan bersuara, pilihan dan

kepemilikan murid. Melatih dan mengembangkan kepemimpinan murid sesuai dengan lingkungan

yang akan kita kembangkan pada murid kita. Sehingga program-program yang disusun akan

terlaksana dengan rasa tanggung jawab. saya berharap dengan memperbanyak pengetahuan

mengani materi dalam modul ini, kita dapat memberdayakan kepemimpinan murid dengan

maksimal, mempersiapkan mereka sesuai dengan apa yang termaktub dalam tujuan profil pelajar

pancasila.

Terima kasih untuk materi yang telah saya terima didalam Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 10 ini,

sangat bermanfaat dan membuat perubahan positif didiri saya khususnya dan bagi lingkungan

sekolah saya umumnya.

 

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan

Modul 3.2

Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

 

IRENEU ANGGRAENI

CGP 10 Kab.Tangerang

 

Jurnal Refleksi ini saya menggunakan model 4C yaituConnection, challenge, concept, change (4C). Model ini dikembangkan oleh Ritchhart, Church dan Morrison (2011).

 

1. Connection

 

Banyak hal/peristiwa yang terjadi pada sesi Ruang Kolaborasi modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya.Sebagai tindak lanjut dari ruang kolaborasi pertama membuat pemetaan aset Daerah, berdasarkan 7 kelompok aset yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Mojokerto meliputi ; 1). Modal Manusia, 2). Modal Sosial, 3). Modal Fisik, 4). Modal Finansial, 5). Modal Alam/Lingkungan, 6 Modal Politik dan 7) Modal Agama/ Budaya. Dalam kelompok kami oleh Fasilitator kami yaitu Bapak Muhammad Khusnul Maa'rif dibagi menjadi 4 kelompok. Saya tergabung di kelompok 1 bersama Ibu Citra Dwi Prasetya wati dan Ibu Siti Maria Ulfa. Pada ruang kolaborasi pertama kami berdiskusi dalam  Google Meet yang disediakan Fasilitator kami melakukan pemetaan aset daerah yang bisa dimanfaat sekolah untuk kepentingan pembelajaran yang berpihak pada murid. Kemudian  kami mempresentasikan hasil diskusi kelompok politik kami berbagi peran untuk mempresentasikan ke 7 aspek yang sudah didiskusikan kemudian menjawab merespon pertanyaan/ masukan dari kelompok lain.

Kaitan antar materi, Jika materi dihubungkan dengan materi dua modul sebelumnya coaching dan pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip serta 9 langkah sebagai pemimpin pembelajaran kaitan materi yang didapat sebagai calon guru penggerak sangat berkaitan erat dengan proses coaching, coach memaksimalkan potensi coachee untuk menjelaskan masalahnya dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab.

 

 

 

2. Challenge

 

Tentu saja banyak ide serta materi yang saya dapatkan dalam mempelajari modul 3.2 ini yaitu salah satunya mengetahui strategi pemberdayaan aset, yaitu berpikir berbasis aset dan bukan berpikir berbasis masalah.Sehingga memahami aset yang dimiliki oleh Pemerintah Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto yang dapat di manfaatkan untuk media pembelajaran di sekolah khususnya di wilayah Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto, dan memanfaatkan aset yang dimiliki sekolah untuk keperluan proses pembelajaran yang berpihak pada murid dan kegiatan maupun program sekolah.

 

3. Concept

Konsep yang sangat penting/ utama adalah melakukan pemetaan aset sekolah berdasarkan 7 modal aset yang meliputi ; 1). Modal Manusia, 2). Modal Sosial, 3). Modal Fisik, 4). Modal Finansial, 5). Modal Alam/Lingkungan, 6 Modal Politik dan 7) Modal Agama/ Budaya. Dari kegiatan pemetaan ini kita dapat mengetahui dan memaksimalkan penggunaan aset sekolah. Juga terus mengembangkan komunitas sekolah berbasis aset menekankan pada kemandirian dari komunitas untuk menyelesaikan tantangan yang dihadapi melalui kekuatan dan potensi yang ada dalam diri.

 

4. Change

Perubahan yang ingin saya lakukan adalah mengaplikasikan apa yang telah saya pelajari pada modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya,sehingga merubah pola pikir yang semula berpikir berbasis masalah menjadi berpikir berbasis aset, serta mengajak komunitas praktisi serta rekan sejawat terutama di lembaga sekolah saya untuk menerapkan berpikir berbasis aset karena pendekatan berbasis aset ini merupakan sebuah cara untuk menemukan dan menggali hal-hal yang positif. Dengan menggunakan kekuatan sebagai kekuatan berpikir. Sehingga secara bersama-sama bahu membahu membangun sekolah tercinta dengan potensi yang dimilikinya, fokus pada pembangunan sumber daya yang ada di sekolah dalam rangka mewujudkan merdeka belajar.

 

 

TERIMA KASIH

TERGERAK, BERGERAK DAN MENGGERAKAN

 

 

 

 JURNAL DWI MINGGUAN

MODUL 3.1

PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG BERTNGGUNG JAWAB


IRENEU ANGGRAENI

CGP 10 Kab.Tangerang

 

Dalam menulis jurnal refleksi ini saya menggunakan model 4F (Fact, Feeling, Findings, dan Future). 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P yakni : Peristiwa; Perasaan; Pembelajaran; dan Penerapan.

 

Fact (Peristiwa)

 

Modul 3.1 dimulai dengan mengerjakan pretes sebagai awal dari modul 3. Kemudian saya memasuki "Mulai dari diri" dengan menjawab beberapa pertanyaan yang terkait dengan Pengambilan Keputusan Dengan nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin. Pertama saya diminta untuk melakukan survey lingkungan dengan dihadirkan satu studi kasus dan saya harus mampu melakukan analisa secara mandiri jika menjadi kepala sekolah.

Kemudian tahap Eksplorasi konsep pada 29 - 31 Juli 2024. Inti pembelajaran yang saya dapat dari eksplorasi konsep yaitu dalam pengambilan Keputusan, pemimpin harus memahami tentang 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengujian. Eksplorasi konsep diakhiri dengan forum diskusi, di mana terdapat 4 kasus pengambilan Keputusan dan peserta CGP diminta memilih salah satu kasus untuk dianalisis menggunakan 9 langkah pengujian.Bagi saya tugas pada forum diskusi ini cukup menantang karena saya belum terlalu paham Sebagian dari 9 pertanyaan dalam 9 langkah pengujian, walaupun sudah membaca materi pada eksplorsi konsep. Saya kurang paham apa maksud dari pertanyaan-pertanyaan itu diajukan. Kemana arah tujuannya. Seberapa berpengaruhnya pertanyaan itu dalam proses pengambilan keputusan. Kalau 4 paradigma, dan 3 prinsip saya sudah bisa memahaminya.Pembelajaran dilanjutkan dengan ruang kolaborasi pada . Pada ruang kolaborasi CGP secara berkelompok menganalisis kasus pengambilan Keputusan dengan dibantu melalui pertanyaan-pertanyaan. Setiap kelompok diberikan cerita kasus yang berbeda-beda. Kemudian hari kedua ruang kolaborasi setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.

Kemudian demonstrasi kontekstual yang diberi waktu pengerjaan 5-9 Agustus 2024. Tugas yang dilakukan adalah mewawancarai 2-3 kepala sekolah tentang pengalaman mereka dalam mengambil Keputusan yang menyangkut dilemma etika. Saya mewawancarai kepala sekolah tempat saya mengajar yaitu SMP Negeri 2 Sukamulya . Satu lagi saya mewawancarai kepala sekolah SMP Negeri 2 Balaraja. Dari hasil wawancara saya melakukan analisis, hal-hal apa saja yang diperoleh dari wawancara itu yang bisa menjadi bahan untuk dipelajari.Tahap koneksi antar materi pada modul 3.1 cukup menarik karena mempublikasikan lewat blog dan diminta ada yang memberi tanggapan. Selain itu lain dari biasanya, pada koneksi antar materi ini terdapat 4 pertanyaan yang harus dijawab.

 

 

Feeling (perasaan)

 

Saya merasa senang setelah menjalani pembelajaran modul 3.1. Saya senang karena mendapat wawasan yang bermanfaat tentang pengambilan Keputusan sebagai pemimpin. Menurut saya, ini penting sekali sebagai bekal jika nanti di masa depan mendapat amanah sebagai kepala sekolah. Saya sering mengamati bagaimana kepala sekolah harus menghadapi berbagai tantangan, masalah, dan situasi sulit. Saya merasa bersyukur sudah mendapat Pelajaran dari modul 3.1 sehingga bisa lebih siap jika harus mengambil Keputusan ketika nanti menjadi pemimpin.Dari wawancara dengan kepala sekolah, saya merasa mendapat pengalaman baru. Saya dapat mengetahui langsung apa yang dialami kepala sekolah dan bagaimana mereka mengambil Keputusan.

 

Findings (pembelajaran)

 

Pembelajaran yang saya dapatkan dalam modul 3.1 yaitu kita harus mengidentifikasi terlebih dahulu apa permasalahan yang dihadapi apakah termasuk dilema etika atau bujukan moral. Jika termasuk dalam dilema etika, maka 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengujian keputusan perlu diterapkan.Dalam paradigma situasi dilema etika, terdapat kategori seperti individu vs kelompok, keadilan vs kasih sayang, kebenaran vs kesetiaan, serta jangka pendek vs jangka panjang. Terdapat tiga prinsip pengambilan keputusan yang dapat digunakan dalam menghadapi dilema etika, yaitu berpikir berdasarkan hasil akhir, berpikir berdasarkan peraturan, dan berpikir berdasarkan rasa peduli.

 

Dalam menghadapi situasi dilema etika atau bujukan moral yang membingungkan, terdapat 9 langkah yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil. Pertama, mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi tersebut. Kedua, menentukan siapa yang terlibat dalam situasi tersebut. Ketiga, mengumpulkan fakta-fakta relevan yang berkaitan dengan situasi tersebut. Keempat, melakukan pengujian benar atau salah dengan menguji legalitas, regulasi/standar profesional, intuisi, publikasi, dan panutan/idola. Kelima, melakukan pengujian paradigma benar lawan benar. Keenam, melakukan prinsip resolusi. Ketujuh, melakukan investigasi opsi trilemma. Kedelapan, membuat keputusan. Dan terakhir, kesembilan, melihat kembali keputusan dan merenungkannya kembali. Perlu diperhatikan bahwa sembilan langkah pengambilan keputusan ini adalah panduan, bukan sebuah metode yang kaku dan harus diadaptasi dengan situasi yang sedang dihadapi. Hal-hal tersebut menjadi pembelajaran bagi saya, bahwa mengambil keputusan ternyata ada tahap-tahapnya, tidak mengandalkan insting/intuisi sendiri. Dengan demikian akan dihasilkan Keputusan yang matang dan tidak mudah tergoyahkan. 

 

Future (penerapan)

 

Saya akan menerapkan konsep pengambilan keputusan yang telah dipelajari, termasuk empat paradigma, tiga prinsip, dan sembilan langkah, untuk meningkatkan keterampilan saya dalam membuat keputusan. Selain itu, saya akan berbagi pengetahuan tentang materi pengambilan keputusan ini kepada rekan sejawat serta melalui berbagai media seperti platform digital yang bisa dengan mudah diakses oleh guru dari manapun.

 

 

TERIMA KASIH

TERGERAK, BERGERAK DAN MENGGERAKAN

Monday, October 21, 2024


JURNAL DWI MINGGUAN MODUL 2.3

COACH DAN SUPERVISI AKADEMIK


IRENEU ANGGARAENI

CGP 10 Kab.Tangerang

 

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Saya merefleksikan modul ini dengan menggunakan modul refleksi 4F/4P. Kegiatan refleksi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dan penerpan saya dari modul 2.3 ini. Berikut hasil refleksi saya yang tertuang pada model refleksi 4F/4P.

 

1. Facts/Peristiwa

Kegiatan Modul 2.3 diawali dengan berselancar di LMS yaitu dimulai dari diri. Alur mulai dari diri diawali dengan menjawab lima pertanyaan reflektif mengenai kegiatan observasi atau supervisi yang pernah dilaksanakan. Kemudian, saya menjawab dua pertanyaan mengenai harapan saya tentang modul 2.3 ini. Tahapan selanjutnya yaitu kegiatan eksplorasi konsep. Tahapan eksplorasi konsep ini, merupakan tahapan dimana saya mengeksplor sendiri materi-materi mengenai coaching. Ada empat bagian pada eksplorasi konsep ini, dimana disetiap bagiannya terdapat beberapa kotak serta bebeapa video yang saya pelajari. Pada bagian terakhir eksplorasi konsep, saya berdiskusi bersama rekan CGP lainnya untuk memberikan pernyataan mengenai keterkaitan keterampilan coaching dengan supervisi akademik. Tahapan selanjutnya adalah ruang kolaborasi. Pada ruang kolaborasi yang pertama bersama fasilitator saya mendapatkan pemahaman mengenai coaching ini, setelah itu saya dibagi kelompok dan melakukan latihan coaching bersama kelompok. Kegiatan ruang kolaborasi selanjutnya saya bersama rekan CGP saya melakukan simulasi coaching secara bergantian melalui Gmeet. Setelah kegiatan ruang kolaborasi, saya memasuki tahapan demonstrasi kontekstual. Pada tahapan ini, saya bersama 2 rekan CGP lainnya melakukan simulasi coaching melalui Gmeet. Pada kegiatan ini, saya bersama rekan saya bergantian peran menjadi coach, coachee, dan observer. Kegiatan simulasi ini dilaksanakan melalui Gmeet dan direkam untuk kemudian rekamannya diunggah ke LMS. Kegiatan selanjutnya yaitu elaborasi pemahaman bersama instruktur. Pada kegiatan ini saya mendapatkan banyak pengetahuan, pemahaman mengenai coaching. Selanjutnya tahap koneksi antar materi. Pada kegiatan ini saya membuat koneksi materi mengenai modul yang dipelajari dengan pengalaman serta materi lainnya. Tahapan terakhir adalah aksi nyata. Kegiatan aksi nyata rencananya saya akan melaksanakan kegiatan coaching bersama salah satu rekan guru di sekolah. Modul 2.3 ini ditutup dengan kegiatan post test yang dilaksanakan pada tanggal 24 Juli 2024.

 

2. Feelings/Perasaan

Perasaan saya ketika mempelajari modul 2.3 ini yaitu senang, optimis, dan tertantang. Saya merasa senang karena mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang baru mengenai coaching. Saya juga merasa senang karena bisa melakukan simulasi coaching bersama rekan CGP lainnya. Saya merasa optimis karena saya yakin bisa mengaplikasikan pengetahuan saya mengenai coaching ini dalam peran saya sebagai pemimpin pembelajaran. Saya merasa tertantang dalam mempelajari materi coacing serta dalam mengaplikasikan coaching ini.

 

3. Findings/Pembelajaran

Hal yang bermanfaat yang saya dapatkan pada modul ini adalah mengenai supervisi akademik yang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan coaching. Pada pelaksanaan coaching ini harus didasarkan prinsip dan kometensi coaching. Coaching juga bisa dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran kepada murid untuk menggali potensi yang dimiliki oleh murid.

 

4. Future/Penerapan

Penerapan di masa mendatang, sebagai pemimpin pembelajaran saya akan melaksanakan kegiatan coaching di kelas kepada murid saya untuk memaksimalkan dan mengembangkan potensi yang ada pada diri murid saya. Saya akan melaksanakan diseminasi kepada  rekan guru mengenai coaching ini untuk merubah kegiatan supervisi akademik dengan paradigma coaching. Ketika nanti saya menjadi kepala sekolah saya akan menerapkan supervisi akademik dengan menggunakan pendekatan coaching. Saya akan merubah paradigma supervisi akademik yang tadinya hanya sebagai kegiatan menilai menjadi kegiatan coaching dengan memperhatikan prinsip coaching serta menggunakan keterampilan coaching.

 

Terima kasih sudah membaca tulisan saya. Semoga bermanfaat dan menjadi semangat untuk kita semua guru hebat Indonesia.

 

Salam Guru Penggerak

 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional


Ireneu Anggraeni,S.Pd

Calon Guru Penggerak Angkatan 10  Kabupaten Tangerang



Dalam menulis Jurnal Refleksi Dwi Mingguan modul 2.2 ini saya menggunakan model 4F (1. Fact; 2. Feeling; 3. Findings; dan 4. Future), yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P (1. Peristiwa; 2. Perasaan; 3. Pembelajaran; dan 4. Penerapan).


Fact (Fakta)

Pembelajaran Modul 2.2 ini dimulai dengan mulai dari diri dan eksplorasi konsep  secara mandiri yang di mulai dari tanggal 24 Juni 2025 . Ada beberapa pertanyaan dalam refleksi Kompetensi sosial emosional yang barhubungan dengan peristiwa yang saya alami dan rasakan dalam tugas keseharian saya sebagai pendidik sebgai sebuah kesulitan, kekecewaan, kemunduran atau kemalangan yang akhirnya membantu saya bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelummya. Dilanjutkan Eksplorasi konsep forum diskusi pada tanggal 25  Jun 2024  yang berisi tentang materi Kompetensi Sosial Emosional serta iplementasinya di sekolah. Di selingi dengan diskusi bersama CGP lainnya. Kami saling memberikan umpan pertanyaan dan umpan balik dengan rekan sesama CGP yang menambah wawasan kami tentang kompetensi Sosial dan Emosional.

Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) yang bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Pembelajaran Sosial Emosional ini dapat diimplementasikan di kelas atau sekolah dengan 4 indikator yaitu, pembelajaran eksplisit, integrasi dalam pembelajaran guru dan kurikulum akademik, melalui proses menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah, serta penguatan KSE Tenaga pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Kemudian tanggal 27-28 Juni 2024  kami melakukan diskusi dalam ruang kolaborasi secara tatap maya bersama fasilitator ibu Dewi Rahmawati,M.Pd Untuk menambah pemahaman kami dalam mendalami modul tentang pembelajaran berdifere nsiasi. Dalam ruang kolaborasi terbagi 2 sesi. Sesi 1 adalah sesi ruang diskusi dan sesi 2 adalah presentasi. Pada hari Rabu tanggal 27Juni 2024 , Ibu Dewi Rahmawati, M.Pd selaku fasilitator kami memberikan pemantapan tentang modul pembelajaran sosial emosional yang kemudian kami diminta untuk melakukan diskusi yang di bagi dalam empat kelompok, saya dan CGP lain yang tergabung dalam kelompok SMP yaitu Ibu Vina, Ibu Yayah dan saya sendiri  dengan menaganalisis tentang implementasi KSE jenjang SMP. Pada hari berikutnya Kamis, 28 Juni 2024  kami melakukan presentasi hasil dari diskusi kelompok yang sudah kami kerjakan. Tanggal 1 Juli 2024  dilanjutkan dengan Demonstrasi kontekstual membuat RPP yang terintegrasi dengan Kompetensi sosial Emosional menambah wawasan dan pengetahuan dalam pembelajaran di kelas.


Feeling (perasaan)

Dalam mempelajari modul 2.2  tentang Pembelajaran Sosial dan Emosional yang kami lakukan selama dua minggu ini. Banyak sekali perasaan yang timbul dari diri saya, seperti senang , bahagia karena bertambah lagi ilmu saya, terutama tentang bagaimana saya mampu mengenali emosi yang sedang saya rasa serta bagaimana saya mampu mengelola emosi tersebut agar tidak melakukan tindakan yang berdampak negative bagi siswa saya dan rekan sejawat. Saya Bahagia karena dengan mempelajari materi Kompetensi Sosial Emosional saya merasakan kedaimaian dan dalam menjalankan tugas keseharian saya sebagai guru dalam pembelajaran di dalam kelas semakin menikmati proses bersama mereka. Dalam menangani permasalahanpun di sekolah di hadapi dengan rileks tanpa marah-marah. Perasaan senang dan bahagiapun jika berada di rumah Bersama dengan anak-anak dan keluarga berusaha sabar dan mengurangi marah-marah sehingga terasa hidup ini bahagia.


Finding (pembelajaran)

Dari modul 2.2 tentang pembelajaran sosial emosional banyak sekali ilmu baru dan manfaatnya yang saya dapatkan. Saya dapat mengenali emosi saya sebelum melakukan tindakan. Sebelum saya mempelajari modul 2.2 saya sering melakukan tindakan yang kurang baik yang berdampak buruk pada diri saya dan orang lain terutama rekan guru dan siswa saya. Namun setelah mempelajari modul ini saya mampu mengelolah emosi saya sehingga berdampak baik dalam pembelajaran saya di dalam kelas maupun relasi saya dengan rekan guru dan siswa saya. Selain mengenali emosi diri, kita juga dituntut untuk mampu mengelola emosi tersebut agar kita kembali ke keadaan semula yaitu dalam keadaan yang bahagia. Banyak lagi ilmu yang saya dapatkan di modul ini seperti kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Kesemua materi tersebut menginginkan terciptanya hubungan yang baik dan positif dengan sesama rekan kerja, siswa, orang tua maupun masyarakat disekitar kita.


Kompetensi sosial emosional (KSE) dapat diterapkan di kelas maupun disekolah, rumah maupun di masyarakat. Penerapan PSE di kelas bisa dilakukan dengan pembelajaran secara eksplisit maupun terintegrasi dalam proses belajar guru dan kurikulum akademik. Juga dapat dilakukan dengan membentuk iklim kelas dan budaya sekolah serta dengan melakukan penguatan pada tenaga pendidik maupun tenaga kepedidikan. Adapun tujuan utama PSE itu sendiri adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.


Future (penerapan)

Dari pendalaman materi Kompetensi Sosial Emosional (KSE) pada modul 2.2 ini saya akan  menerapkannya terlebih dahulu dalam lingkup kelas saya disekolah seperti melakukan teknik relaksasi STOP  sebelum memulai pembelajaran, atau saat proses pembelajaran kemudian juga mengintegrasikan kompetensi tersebut dalam pembelajaran saya seperti menerapkan kompetensi kesadaran sosial dalam kegiatan diskusi di kelas, kemudian menerapkan keterampilan berelasi pada saat melakukan refleksi ataupun memberikan umpan balik terhadap hasil kerja teman maupun penjelasan guru dengan menggunakan kata-kata yang positif dan mudah dimengerti. Begitu juga dengan keseharian saya akan menerapkan KSE dalam hubungan saya dengan pimpinan, sesama guru, orang tua dan masayarakat baik terutama dalam berkomunikasi.


Demikian refleksi dwi mingguan modul 2.2 . Terima kasih.


Salam guru penggeraK



  JURNAL REFLEKSI DWI MNGGUAN MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID     IRENEU ANGGRAENI CGP 10 Kab.Tangerang ...