Thursday, October 24, 2024

 

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 

MODUL 3.3

PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID



IRENEU ANGGRAENI 

CGP 10 Kab.Tangerang



Tak terasa telah tiba dipenghujung Pendidikan Guru Penggerak, selama hampir 7bulan mengikuti

pendidikan ini. Begitu banyak inventarisasi ilmu yang ditambahkan sebagai pengembangan

kompetensi diri sebagai pendidik dan sebagai pemimpin pembelajaran. Sangat bangga sekali telah

menyelesaikan pendidikan ini dengan berbgai ilmu yang didapat disetiap modulnya. Karakteristik dan

kekhasan ilmu pada setiap modul merupakan asupan energi dalam menjalankan perubahan untuk

pendidikan dan pengajaran yang selaras dengan tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh Ki Hadjar

Dewantara. Dimana sejatinya pendidikan adalah pendidikan yang memenuhi kebutuhan murid untuk

mencapai kebahagiaan dan keselamatan.

Pada modul 3.3 ini jurnal refleksi dwi mingguan yang akan saya sampaikan menggunakan model

refleksi Connection, challenge, concept, change (4C). Model ini dikembangkan oleh Ritchhart, Church

dan Morrison (2011). Model ini cocok untuk digunakan dalam merefleksikan materi pembelajaran.

Ada beberapa pertanyaan kunci yang menjadi panduan dalam membuat refleksi model ini, yaitu:

1) Connection: Apa keterkaitan materi yang didapat dengan peran Anda sebagai Calon Guru

Penggerak?

2) Challenge: Adakah ide, materi atau pendapat dari narasumber yang berbeda dari praktik yang

Anda jalankan selama ini?

3) Concept: Ceritakan konsep-konsep utama yang Anda pelajari dan menurut Anda penting untuk

terus dibawa selama menjadi Calon Guru Penggerak atau bahkan setelah menjadi Guru Penggerak?

4) Change: Apa perubahan dalam diri Anda yang ingin Anda lakukan setelah mendapatkan materi

pada hari ini?


Merefleksi pada pembelajaran pada modul-modul sebelumnya, modul ini merupakan

pengimplementasian terhadap modul sebelumnya, di modul 1 mempelajari mengenai paradigma

dan visi guru penggerak, bila kita kaitkan dengan modul 3.3 ini, disini kita mengimplementasikan

paradigma dan visi yang telah kita rancang untuk mengembangkan dan mengelola program yang

berdampak positif pada murid sesuai dengan visi yang telah kita susun. Begitupun modul 2 mengenai

praktik pembelajaran yang berpihak pada murid, dikaitkan dengan materi modul 3.3 ini memang

sangat selaras sekali, program yang kita kelola atau kita kembangkan merupakan program yang

bermuara pada kebutuhan murid. Kita selaku guru penggerak memiliki peran yang teramat penting

untuk mendobrak perubahan, kemampuan kita berperan sebagai guru yang berpihak pada murid,

mandiri, kolaboratif, inovatif dan reflektif dapat menyegerakan dan mengelola program yang

berdampak positif pada murid.

Pada materi ini juga dibahas mengenai kepemimpinan murid. Kita dapat menjadikan murid sebagai

pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri, maka kita perlu memberikan kesempatan kepada

murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga

potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Peran kita adalah:1. Mendampingi murid agar pengembangan potensi kepemimpinan mereka tetap sesuai

dengan kodrat, konteks dan kebutuhannya.

2. Mengurangi kontrol kita terhadap mereka

Albert Bandura dalam artikelnya, Toward a Psychology of Human Agency (2006) mengatakan, bahwa

menjadi seorang agent (seseorang yang memiliki agency) berarti orang tersebut secara sengaja

mempengaruhi fungsi dan keadaan hidup dirinya. Bandura juga mengatakan bahwa ada empat sifat

inti dari human agency, yang dalam modul ini kita singkat dengan akronim IVAR untuk memudahkan

mengingat, yaitu:

I - Intensi = Kesengajaan (intentionality). Seseorang yang memiliki agency bukan hanya memiliki

sekedar niat, tetapi di dalam niat mereka sudah termasuk rencana tindakan dan strategi untuk

mewujudkannya.

2. V - Visi = Pemikiran ke depan (forethought). Pemikiran ke depan di sini bukan hanya sekedar

rencana yang mengarahkan masa depan.

3. A - Aksi = Kereaktifan-diri (self-reactiveness). Seseorang yang memiliki agency, bukan hanya

seorang perencana dan pemikir ke depan. Mereka juga seorang pengendali diri (self-regulator).

4. R - Refleksi = Kereflektifan-diri (self-reflectiveness). Seseorang yang memiliki agency akan memiliki

kesadaran yang baik akan fungsi dirinya.

Kepemimpinan murid adalah tentang murid yang bertindak secara aktif, dan membuat keputusan

serta pilihan yang bertanggung jawab, daripada hanya sekedar menerima apa yang ditentukan oleh

orang lain. Ketika murid menunjukkan agency dalam pembelajaran mereka sendiri, yaitu ketika

mereka berperan aktif dalam memutuskan apa dan bagaimana mereka akan belajar, maka mereka

cenderung menunjukkan motivasi yang lebih besar untuk belajar dan lebih mampu menentukan

tujuan belajar mereka sendiri. Lewat proses yang seperti ini, murid-murid akan secara alamiah

mempelajari keterampilan belajar (belajar bagaimana belajar). Ketika pada saat murid menjadi

pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri (atau kita katakan: saat murid memiliki

agency), maka mereka sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan

(ownership) dalam proses pembelajaran mereka. Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid

kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri.

Tugas kita sebagai guru sebenarnya hanya menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di

mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang

mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana mereka

merefleksikan tindakan mereka. Sedangkan di dalam profil pelajar pancasila telah tertuang visi dan

harapan yang diharapkan untuk tujuan pendidikan di Indonesia, kepemimpinan murid merupakan

suatu pengembangan profil yang positif bagi murid dan sesuai dengan apa yang diharapkan dalam

profil pelajar pancasila.

Noble et al (2008) menjelaskan bahwa kesejahteraan siswa yang optimal adalah sebuah keadaan

emosional yang berkelanjutan yang dicirikan dengan (terutama) suasana hati dan sikap yang positif,

hubungan positif dengan murid lain maupun guru, daya lenting atau ketangguhan, pengoptimalan

kekuatan diri, serta tingkat kepuasan yang tinggi terhadap pengalaman belajar mereka di sekolah

Menyadur apa yang disampaikan oleh Noble tersebut, maka lingkungan yangmenumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan memiliki beberapa karakteristik, di antaranya

adalah:

• Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan

merasakan emosi yang positif. Lingkungan yang seperti ini akan membuat murid mampu dan

berkeinginan untuk melakukan hal-hal secara positif untuk dirinya sendiri serta memberikan

pengaruh positif kepada kehidupan orang lain dan sekelilingnya.

• Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan

bijaksana, di mana murid akan menjunjung tinggi nilai-nilai sosial positif yang berbasis pada

nilai-nilai kebajikan yang dibangun oleh sekolah.

• Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian

tujuan akademik maupun non-akademiknya. Lingkungan ini akan memungkinkan murid

untuk memiliki determinasi diri yang kuat dalam proses pembelajaran, baik dalam aspek

akademik maupun non-akademik.

• Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama,

serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Lingkungan yang seperti ini akan membantu

murid untuk dapat menerapkan dan mempergunakan apa yang menjadi kekuatan dirinya

dan memanfaatkan serta menerapkannya dalam berbagai konteks yang berbeda-beda.

• Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti

tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan

kepentingan individu, kelompok, maupun golongan. Lingkungan yang seperti ini akan

memberikan kesempatan bagi murid untuk melihat dirinya sebagai bagian dari sesuatu yang

jauh lebih besar di luar dirinya.

• Lingkungan yang menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses

belajarnya sendiri. Lingkungan yang seperti ini akan menyediakan berbagai kegiatan belajar

yang menarik, menantang, dan bermakna, di mana dalam prosesnya murid akan merasa

senang hati dan menikmati setiap momen pembelajarannya.

• Lingkungan yang menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di

tengah kesempitan dan kesulitan. Lingkungan ini akan membantu murid untuk berani

menerima tantangan, berjiwa besar, dan selalu bangkit lagi dan berusaha mencari solusi bila

menemui kegagalan. Lingkungan ini akan memungkinkan murid untuk selalu mengambil

pelajaran dari setiap kegagalan[1]kegagalan yang dijumpainya dan berusaha untuk

menemukan cara-cara alternatif atau cara yang paling tepat.

Peran Keterlibatan Komunitas dalam Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid yakni,

Komunitas memiliki peran penting dalam membantu mewujudkan lingkungan belajar yang

mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid karena: membantu menyediakan kesempatan bagi

murid untuk mewujudkan pilihan dan suara mereka. Membantu murid untuk belajar melihat dan

merasakan dampak dari pilihan dan suara yang dibuatnya. Membantu membentuk identitas diri dan

efikasi diri murid yang lebih kuat. Membantu murid untuk dapat tumbuh menjadi agen perubahan

yang dapat memberikan kontribusi yang berarti terhadap diri sendiri, orang lain, masyarakat serta

lingkungan di sekitarnya.

Dengan mendorong kepemimpinan murid akan memperbesar peluang kita untuk memberikan

kesempatan bagi murid-murid kita untuk belajar tentang berbagai keterampilan-keterampilan

penting, yang dapat digunakan lintas disiplin, dan akan berguna bagi kehidupannya kelak.Keterampilan-keterampilan yang akan membantu mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Mendorong kepemimpinan murid juga akan menumbuhkan efikasi diri yang kuat, sehingga

diharapkan mereka akan percaya diri dan mampu membuat perubahan positif bagi dirinya sendiri,

orang lain, dan lingkungan di sekitarnya. Mereka akan dapat tumbuh menjadi warga negara yang

bertanggung jawab.

Dari materi yang telah saya pelajari tersebut, menurut saya penting bagi kita untuk dapat merancang

mengenai program-program disekolah yang memang memenuhi kebutuhan bersuara, pilihan dan

kepemilikan murid. Melatih dan mengembangkan kepemimpinan murid sesuai dengan lingkungan

yang akan kita kembangkan pada murid kita. Sehingga program-program yang disusun akan

terlaksana dengan rasa tanggung jawab. saya berharap dengan memperbanyak pengetahuan

mengani materi dalam modul ini, kita dapat memberdayakan kepemimpinan murid dengan

maksimal, mempersiapkan mereka sesuai dengan apa yang termaktub dalam tujuan profil pelajar

pancasila.

Terima kasih untuk materi yang telah saya terima didalam Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 10 ini,

sangat bermanfaat dan membuat perubahan positif didiri saya khususnya dan bagi lingkungan

sekolah saya umumnya.

No comments:

Post a Comment

  JURNAL REFLEKSI DWI MNGGUAN MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID     IRENEU ANGGRAENI CGP 10 Kab.Tangerang ...