Wednesday, August 28, 2024

 

KONEKSI ANTAR MATERI

MODUL 3.2

PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN ASET SUMBER DAYA

IRENEU ANGGRAENI

CGP 10 KAB.TANGERANG

 

 

Tujuan pembelajaran pada modul 3.2

 CGP mampu menghubungkan materi modul ini dengan modul-modul yang didapatkan sebelumnya. Sehingga pemahaman akan menjadi utuh dan ternyata adanya saling  keterhubungan erat sehingga pelaksanaannya pada dunia nyata.

 

1.Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan 'Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya' dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah!

Mengenai kesimpulan tentang apa itu "Pemimpin Pembelajaran dalam pengelolaan  Sumber Daya dan bagaimana pula nanti mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah dan masyarakat sekitar sekolah. Maka Saya menyimpulkan  bahwasanya  pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah seorang pemimpin yang  menerapkan pendekatan berbasis kekuatan/aset, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitarnya untuk menggali potensi yang dimiliki dalam menunjang proses  pembelajaran.

 

2.Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas!

Hubungan pengelolaan sumber daya yang  tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. Cara mengimplementasinya tentunya di kelas dengan memanfaatkan ruangan yang tersedia dengan berbagai sarana yang ada. Fasilitasi  murid agar dapat mengembangkan kreatifitasnya. Melakukan kolaborasi dengan guru lain untuk membantu dalam  pengelolaan sumber daya di kelas dan memanfaatkan sumber finansial  yang ada untuk keperluan kelas. Pada lingkungan lingkup sekolah maka perlu dilakukan kolaborasi  dengan seluruh warga sekolah. Membentuk komunitas sekolah yang memiliki tujuan yang sama untuk  mengembangkan sekolah, manfaatkan lingkungan sekolah  yang belum diolah dengan menggunakan sumber finansial yang ada  untuk keperluan sekolah.Sedangkan pada lingkungan masyarakat sekitar sekolah , wali murid  untuk bisa saling berkoordinasi dengan pihak luar dan mengembangkan  warga

3.Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan modul lainnya yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak! Keterkaitan modul ini dengan beberapa modul sebelumnya antara lain :

Kaitan  dengan modul 1.1 (Filosofi Pendidikan KHD) : Bahwa  dengan pengelolaan  sumber daya  yang tepat maka  sekolah telah menyiapkan pembelajaran yang berpihak pada murid, sesuai dengan kodrat zaman dan alam, pembelajaran dengan sistem among. Artinya lagi adalah guru berperan penting sebagai pemimpin yang menuntun segala kodrat tersebut  dengan mengembangkan segala potensi yang dimiliki murid.

Kaitan dengan modul 1.2 (Nilai dan peran  Guru Penggerak) bahwa sebagai guru penggerak yang memiliki potensi sebagai pemimpin  pembelajaran  maka sangat  memungkinkan mewujudkan perannya dalam bentuk pengembangan  diri dan komunitas  sebagai bagian dari aset atau sumber daya manusia yang ada di sekolah sehingga juga mampu meningkatkan pembelajaran yang berpihak kepada murid.

Kaitan dengan modul 1.3 (Visi Guru Penggerak) bahwa pimpinan  dan warga  sekolah perlu  melakukan visi sekolah dan prakarsa perubahan positif lainnya. Visi ini tentunya lebih berfokus pada kekuatan/aset yang dimiliki sekolah.

 

Kaitan dengan modul 1.4 (Budaya Positif) bahwa dengan mengidentifikasi kelebihan/kekuatan dan nilai-nilai positif yang diyakini bersama, maka sangat memungkinkan untuk membudayakan nilai-nilai tersebut sebagai budaya positif di kelas/sekolah. Hal ini berkaitan dengan modal  budaya agar tercipta  suasana pembelajaran yang nyaman.

 

Kaitan dengan modul 2.1( Pembelajaran berdifensiasi) bahwa dengan pengelolaan sumber daya yang ada maka sangat memungkinkan bagi guru untuk  memfasilitasi  segala kebutuhan belajar murid sesuai keberagaman dan keunikkan  mereka dengan cara  yang kreatif dan inovatif. Guru pun dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi sesuai  dengan kebutuhan  belajar murid sehingga dapat  memaksimalkan potensi/ sumber daya  yang ada pada murid.

Kaitan dengan modul 2.2 (KSE) bahwa sangat diperlukan  kematangan sosial  dan emosional  dalam menyikapi  segala kondisi  yang ada  di sekolah.  Dengan kematangan tersebut maka diyakini pemimpin pembelajaran senantiasa berpedoman  pada pengembangan komunitas berabasis aset dan mampu mengambil keputusan yang  bisa dipertanggung jawabkan.

Kaitan dengan modul 2.3 (Coaching) bahwa  sebagai  pemimpin pembelajaran dalam rangka menemukenali aset/sumber daya  positif yang ada di sekolah sangat membutuhkan kemampuan pengembangan warga sekolah dengan menggunakan prinsip-prinsip coaching.

Kaitan dengan  modul 3.1(Pengambilan Keputusan  Berbasis Nilai Kebajikan) bahwa dengan berprinsip  pada nilai-nilai kebajikan  maka pemimpin  pembelajaran baik  dalam menyikapi kelemahan atau kelebihan  terkait sumber daya  yang dimiliki sekolah akan memilih keputusan yang tepat dan bermoral tidak lain dalam mendukung ketercapaian kualitas, berpihak pada murid, dan tujuan pendidikan.

 

4. Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini!  

Sebelum mengenal dan mempelajari modul 3.2 ini saya itu hanya berpikir aset adalah segala sesuatu benda fisik saja yang ada di lingkungan sekolah seperti  bangunan, sarana prasarana,  serta lebih fokus pada kekurangan atau hambatan, masalah  yang ada tanpa berusaha mencari solusi dari kekuatan lainnya yang sebenarnya jika diidentifikasi ternyata ada dan itu dekat sekali dengan kita. Setelah mempelajari  modul 3.2 ini saya baru memahami ada itu pendekatan berbasis kekurangan/masalah atau deficit-Based-Thinking  ini hanya berfokus pada apa yang menganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Satu lagi yaitu pendekatan berbasis aset/kekuatan atau asset-based-Thinking ini yang konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif  untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan, ataupun potensi yang positif. Adapun pemikiran yang sudah berubah dari diri saya sendiri  setelah mengetahui isi materi pada modul 3.2 ini adalah mengenai 7 aset utama dalam pengelolaan sumber daya di sekolah. Ternyata seorang guru sebagai aset utama harus terus bergerak melakukan kreatifitas maupun inovasi yang cemerlang agar dapat memberikan pembelajaran yang berkualitas. Murid yang heterogen jika dibina dan diarahkan dengan tepat akan mampu memberikan nilai tambah sebagai aset sekolah.

 

Komunikasikan hasil kesimpulan Anda dengan cara apapun yang bisa Anda pilih sendiri.  

Saya mengkomunikasikannya melalui Blogspot.

 

 

Tergerak, Bergerak dan Menggerakan

TERIMAKASIH.

 

 

 

Friday, August 9, 2024

DEMONSTGARSI KONTEKSTUAL 
MODUL 3.1



FASILITATOR 

Ibu Dewi Rahmawati, M.Pd

 PENGAJAR PRAKTIK

Ibu Mina Rabiatul Asiah, M.Pd

CGP 10 Kab. Tangerang

Ireneu Anggraeni, S,Pd

 



WAWANCARA 1

KEPALA SEKOLAH     : SMPN 2 Sukamulya 
NAMA                               : H. Mohamad Taslim M.M.Pd     



 
                        




 1. Selama ini, bagaimana Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral? 

  •  Untuk mengetahui jenis kasus yang kami hadapi cukup mudah, yaitu dengan melihat kepentingannya apakah benar atau salah. Jika kasus dilema etika itu kedua posisi sama-sama benar tapi kepentingan itu bisa bertentangan, tetapi kalau kedua kepentingan tadi salah satunya melangggar hukum maka dipastikan itu termasuk kasus bujukan moral. 

2.Selama ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan? 

  • Untuk kasus dilema etika dimana kedua kepentingan sama-sama benar saya memperhatikan apakah masalah tersebut tinggi rendahnya muatan kepentingan, misalnya apakah itu kepentingan pribadi, kelompok, kesetiaan, kebenaran atau kejujuran, jangka pendek atau jangka panjang. Disamping itu saya juga memperhatikan sejauh mana dampak yang ditimbulkan dalam pengambilan keputusan tersebut.

3.Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini? 

  •  Selama ini dalam pengambilan keputusan yang kami lakukan pertama tentu kita melihat kasus ini bersinggungan dengan apa saja, dan sejauh mana nilai-nilai itu yang bertentangan, yang kedua kita lihat siapa yang terlibat di dalam permasalahan tersebut, yang ketiga kami melakukan pengumpulan data berupa fakta apa yang sudah terjadi karena kemudian kami analisa dengan apa paradigma yang terjadi, di sini setelah kita tahu faktanya kita lihat kebenaran kebenaran atau salah kemudian setelah itu kita melakukan pengambilan keputusan kemudian setelah itu kita lakukan refleksi apakah keputusan yang kita ambil itu sesuai dengan kaidah norma yang ada dan semua pihak dapat menerimanya. 

 

4. Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika? 

  • Dalam kasus dilema etika dikatakan apabila sesuai dengan nilai-nilai dan tidak menimbulkan masalah di kemudian itu saya kategorikan efektif dalam pengambilan keputusan.

5.Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika? 

  • Tantangan yang terbesar tentunya datang dari pihak yang terlibat dalam memutuskan suatu permasalah yaitu upaya mempersatukan pemikiran dan kesepakatan yang memerlukan waktu yang panjang untuk menyamakannya. Disamping itu juga kami harus dapat memilih dan memilah solusi demi solusi yang disampaikan untuk kami jadikan sebuah jawaban yang dapat diterima semua orang. 

6.Apakah Anda memiliki sebuah tatakelola atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang Anda jalankan? 


  • Kalau jadwal tergantung kondisi kasus yang terjadi, kadangkala ada keputusan yang harus kita putuskan segera tetapi ada juga keputusan yang bisa kita undur. Kalau sifatnya yang segara berarti kita tidak boleh membuat jadwal harus kita putuskan segera, kalau masalah itu masih bisa kita tunda keputusannya maka kita buat jadwal tertentu supaya hasil keputusannya efektif dan efisien .

 

7.Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika? 

  • Tergantung permasalahan yang dihadapi, kadang kita melibatkan semua guru dalam pengambilan keputusan, terkadang juga hanya melibatkan beberapa guru, atau wali kelas, guru BK, wakil kepala sekolah. Kadang kala juga melibatkan komite sekolah jika permasalahan ini menyangkut kepentingan orang tua siswa dan bahkan kami juga meminta saran dari pengawas sekolah sebagai atasan kami dalam pengawasan dan pembinaan. 

 

8. Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika? 

  • Pertama dalam mengidentifikasi kasus yang terjadi, harus dilakukan dengan pemikiran yang matang, apakah termasuk kasus dilema etika atau bujukan moral. Kemudian ada kasus yang perlu diselesaikan segera yang perlu saya putuskan sendiri, atau beberapa kasus yang diselesaikan secara kolektif. Selanjutnya dalam pengambilan keputusan saya harus memperhatikan kepentingan kedua sisi agar tidak menimbulkan gejolak berkelanjutan. 

 

WAWANCARA 2

KEPALA SEKOLAH     : SMPN 2 Balaraja
NAMA                               : Udi Supriyadi S.Pd     









1. Selama ini, bagaimana Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral? 


  • Sebagai seorang pemimpin pasti banyak menghadapi masalah-masalah yang beragam di sekolah dan saya memperhatikan bahwa masalah itu bisa dikatakan dilema etika apabila keduanya benar namun saling bertentangan kepentingannya. Di sini dalam mengidentifikasi masalah tersebut saya tidak bekerja sendiri tetapi saya melibatkan pihak-pihak terkait seperti guru dan Orang yang bersangkutan kemudian saya baru bisa mengatakan bahwa apakah ini termasuk masalah bujukan moral atau dilema etika. 

 

2.Selama ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus dimana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan? 

 

  • Jika saya mengambil keputusan yang mana dua kepentingan sama-sama benar di sini saya mempertimbangkan nilai-nilai yang timbul dari keputusan itu kemudian nilai-nilai yang timbul dari permasalahan tersebut apakah itu termasuk pribadi melawan kelompok atau kebenaran dengan kesetiaan atau keadilan berlawanan dengan rasa kasihan. Disini saya melibatkan rekan kerja dalam pengambilan keputusan yang kompleks. 

3.Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini? 

  • Langkah-langkah yang saya ambil dalam pengambilan keputusan saya memperhatikan terlebih dahulu permasalahan yang terjadi yang melibatkan pihak-pihak yang terkait apakah itu yang berkenaan dengan peserta didik apakah itu berkenaan dengan pribadi atau kelompok hubungan sosial dengan mereka itu saya identifikasi dulu kemudian saya berkonsultasi melibatkan beberapa rekan-rekan guru dan wakil kepala sekolah untuk memecahkan kasus ini kemudian kami sama-sama memeriksa kasus ini apakah kasus ini betul-betul melibatkan dampak yang besar atau tidak .

4.Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika? 

 

  • Hal yang paling efektif dalam pengambilan keputusan ini adalah saya melibatkan semua orang sehingga saya merasa terbantu dan ringan dalam mengambil keputusan itu agar hal-hal yang terjadi di luar jangkauan kita itu bisa diminalisir, kekecewaan-kecewaan juga bisa diminimalisir dan yang terpenting adalah semua orang bisa menerima keputusan tersebut 

 

5. Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika? 

  • Tantangan terberat adalah ketika kedua posisi itu semam sama benar tetapi sangat mempengaruhi daripada kinerja saya sebagai kepala sekolah sehingga saya harus betul-betul memberikan pemahaman masukan kepada kedua belah pihak agar mereka mau menerima keputusan yang kita ambil dan mereka menerima dengan lapang dada dan tidak ada permasalahan 

 

6.Apakah Anda memiliki sebuah tatakelola atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang Anda jalankan? 

 

  • Untuk waktu atau jadwal itu fleksibel, saya melihat apabila kasus ini betul-betul urgent dan mendesak kita putuskan pada saat itu juga dan tingkat kesulitan dalam memutuskan masalah tersebut sangat rendah artinya tidak kompleks tetapi kalau masalah tersebut melibatkan pihak-pihak terkait bahkan masyarakat juga maka saya harus berhati-hati dalam memutuskan dan saya tetap menjadikan hari-harinya supaya tidak terburu-buru mengambil keputusan itu misalnya dalam satu kasus pemecahan masalah siswa di situ saya apa membuat jadwal-jadwal sehingga kasus ini bisa terselesaikan dengan baik 

7.Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika? 

  • Dalam pengambilan keputusan saya tentu akan melibatkan warga sekolah ya terutama wali kelas rekan sejawat wakil kepala sekolah bahkan komite sekolah juga turut andil sehingga harapan saya ketika semua terlibat maka itu akan menjadi modal penguat pengambilan keputusan dan menjadi dasar utama apabila nanti ada beberapa pihak-pihak lain yang komplain terhadap keputusan yang kita ambil kita bisa menunjukkan bukti bahwa ini sudah menjadi keputusan bersama 

8. Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika? 

Selama saya melakukan pengambilan keputusan dilema etika saya mendapatkan pembelajaran bahwa memutuskan kasus dilema etika itu tidak mudah karena kita juga harus memperhatikan hal-hal yang sifatnya sosial komunikasi. .

 

REFLEKSI WAWANCARA

 

Hal-hal menarik apa yang muncul dari wawancara tersebut, pertanyaan-pertanyaan mengganjal apa yang masih ada dari hasil wawancara bila dibandingkan dengan hal-hal yang Anda pelajari seperti 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengujian, apa yang Anda dapatkan?

 

Berdasarkan hasil wawancara kepada 2 kepala sekolah, pada intinya dalam pengambilan keputusan dengan: (1) Melakukan identifikasi masalah, (2))  Melakukan diskusi dan komunikasi, (3) Melibatkan unsur-unsur yang ada di sekolah terutama dengan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam situasi tersebut, (4) Membuat keputusan yang berpihak pada siswa, bijaksana, bertanggung jawab, memaksimalkan potensi positif dan meminimalisir potensi negatif. Adapun yang telah dilakukan oleh masing-masing kepala sekolah tersebut menurut catatan saya sudah sesuai dengan teori yang saya pelajari di modul 3.1 tentang pengambilan keputusan dengan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin, melalui penerapan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Akan tetapi tidak semua langkah dilakukan seperti pengujian benar atau salah maupun Investigasi Opsi Trilema.

 

Bagaimana hasil wawancara antara 2-3 pimpinan yang Anda wawancarai, adakah sebuah persamaan, atau perbedaan. Kira-kira ada yang menonjol dari salah satu pimpinan tersebut, mengapa, apa yang membedakan?

 

Melalui wawancara tersebut ditemukan beberapa persamaan sebagai berikut: (1) Melakukan identifikasi masalah, mengumpulkan fakta-fakta, (2) Melakukan diskusi dan komunikasi dengan berbagai pihak terutama yang terlibat dalam masalah. Sedangkan Perbedaan dari kedua kepala sekolah dalam mengambil keputusan, yaitu: (1) Kepala sekolah yang pertama sebagian besar melakukan 9 langkah dalam pengambilan keputusan, membuat keputusan yang berpihak kepada siswa dan bertanggungjawab. (2) Kepala sekolah kedua lebih mengedepankan diskusi, komunikasi dan koordinasi dengan unsur-unsur sekolah dan pihak-pihak yang terlibat dalam masalah. Menurut saya yang lebih menonjol dalam membuat keputusan sesuai langkah-langkah pengambilan keputusan dalam teori di modul 3.1 adalah kepala sekolah pertama.

 

Apa rencana ke depan para pimpinan dalam menjalani pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika? Bagaimana mereka bisa mengukur efektivitas pengambilan keputusan mereka?

 

Adapun rencana kedepan para pimpinan tersebut jika menghadapi permasalahan dilema etika ataupun bujukan moral akan melakaukan tahapan-tahapan pengambilan keputusan sesuai dengan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dengan lebih lengkap termasuk pengujian dan investigasi opsi trilema. Cara mengukur efektivitas pengambilan keputusan adalah dengan melakukan pengujian benar-salah, melakukan refleksi atas keputusan yang telah dibuat, serta meminta saran dan masukan dari pihak lain yang terkait dalam pengambilan keputusan tersebut.

 

Bagaimana Anda sendiri akan menerapkan pengambilan keputusan dilema etika pada lingkungan Anda, pada murid-murid Anda, dan pada kolega guru-guru Anda yang lain? Kapan Anda akan menerapkannya?

 

Saya akan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan dalam setiap permasalahan dilema etika baik dalam menghadapi masalah murid maupun ketika ada rekan kerja yang menemui masalah, saya akan berusaha untuk menawarkan kepada mereka dalam pengambilan keputusan sesuai dengan 9 langkah pengambilan dan Keputusan.




TERIMAKASIH.


  JURNAL REFLEKSI DWI MNGGUAN MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID     IRENEU ANGGRAENI CGP 10 Kab.Tangerang ...